Senin, 19 Februari 2018

Guruku

Guru VS Martabat Bangsa

Tidak terlalu muluk sebenarnya bagi para insan Indonesia ketika mereka mengikrarkan diri menjadi guru. Mereka ikhlas menjadi guru menerima apa adanya dan tidak menuntut tunjangan ini dan itu. Meskipun di struk gaji tertera angka yang nominalnya jauh api dari panggang dengan realitas kebutuhan pokok saat ini mereka tetap setia dan istikomah melaksanakan tugasnya. Pahlawan tanpa tanda jasa ini, punya prinsip yang jauh lebih baik dibandingkan dengan para petinggi negeri ini yang selalu minta naik tunjangannya.   
Guru lebih memikirkan masa depan anak didiknya daripada isi perutnya. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendorong anak didiknya menjadi orang yang jujur dan berahlak mulia daripada menjadi pengemis yang sekarang berubah menjadi pengemis berdasi. Mereka malu seandainya melihat anak didiknya menjadi orang yang tidak berguna, sampah masyarakat, tikus kantor, gembel atau jadi benalu masyarakat.
Mereka menangis ketika melihat anak bangsa terlantar tak terurus oleh negara yang katanya negara agraris. Padahal ditangan merekalah negara ini bergantung sepenuhnya. Merekalah yang dapat mengubah bangsa ini menjadi  bangsa yang lebih bermartabat dan hanya dengan pendidikanlah Negara ini akan kuat. Guru memiliki prinsip yang jauh lebih kuat daripada pejabat yang tak banyak berbuat.
Guru tidak pernah menjerit seperti penyanyi rock yang konser di panggung terbuka walaupun kondisinya yang morat-marit. Guru tidak pernah berteriak lantang bak anggota dewan disebuah rapat paripurna yang katanya membela kepentingan rakyat walaupun duit dikantong tinggal seperak. Guru tidak pernah mengeluh karena jarak tempuh ke sekolahnya yang jauh. Guru tidak pernah curhat walaupun uang ketupat lebaran mereka tak dapat. Mereka dengan rela tetap masuk kelas, tidak mangkir dan meracau dari tugas walaupun hati mereka galau dan lemas.
Dengan langkah mantap mereka memasuki kelas yang ruangannya pengap. Tak gentar dengan tantangan anak nakal dan liar yang setiap hari bikin onar. Walaupun begitu, guru masih memiliki prinsip yang jauh lebih sehat daripada wakil rakyat yang membela rakyat namun kenyataanya malah bikin melarat.     
Ujung tombak pendidikan akan selalu berada di tangan guru. Garda pendidikan terdepan akan tetap di tangan guru. Tak peduli siapapun yang akan menjadi pemimpin di negeri ini guru akan tetap menjadi ujung tombak pendidikan. Oleh karena itu beri kesempatan yang sebanyak-banyaknya bagi guru untuk menuntut ilmu sehingga kualitas pendidikan kita lebih maju dari bangsa manapun di dunia. Beri fasilitas yang memadai sehingga guru dapat berkreasi dan berinovasi dalam bidang ilmunya sehingga akan tersematkan guru profesional tanpa harus distempel dengan embel-embel sertifikasi.
Era global yang tiada batas siap menggerus bangsa manapun yang kalah pentas. Jika kalah pentas maka nasib buruk akan menimpa bangsa ini sebagaimana hukum alam akan selalu begitu. Pertanyaan kita kemudian, mungkinkan kita akan mejadi bangsa yang tersisihkan dan kemudian punah karena kalah bersaing? Jelas kemungkinan apapun bisa terjadi dan menimpa bangsa ini.
Sejarah telah membuktikan bahwa pernah ada bangsa yang memiliki kejayaan yang panjang namun mereka hilang dan punah tanpa bisa melanjutkan apa yang telah mereka goreskan dalam perjalanan hidup sebagai suatu bangsa besar. Yang tersisa hanya puing-puing saja. Sungguh tragis nasibnya.  
Akan tetapi kita masih memiliki harapan besar untuk mengatasi kemungkinan buruk menimpa bangsa kita. Harapan untuk menjadi bangsa yang besar dan memiliki martabat dapat terwujud apabila peranan guru dioptimalkan sesuai dengan tugasnya. Harapan itu bukan merupakan impian karena gurulah sebagai kaum pendidik yang akan mewarnai dan membesarkan bangsa ini dengan komitmen kuatnya terhadap dunia pendidikan.
Harapan besar masih sangat bergantung kepada para guru. Karena realitas sekarang dengan tuntutannya yang lebih banyak, membuat guru dalam bidang pengajaran dan pendidikan harus selalu siap untuk terus berkompetisi, berinovasi dan berkreasi.        
Dengan uraian diatas apa yang kurang dari pengorbangan dan perjuangan guru sebagai pencetak generasi penerus bangsa ini. Sudah selayaknya guru mendapat sesuatu yang lebih. Negara seharusnya memperlakukan guru jauh lebih dari baik dari pekerjaan apapun. Dan negara juga seharusnya lebih memperhatikan guru daripada jabatan apapun. Menjamin kehidupannya karena tanpanya kita akan menjadi bangsa yang tidak bermartabat, lemah, sering dilecehkan dan akan punah karena tidak bisa mempertahankan kejayaannya.
Guru pertahankanlah martabat bangsa ini.    

Penulis
Dr. Syarif Hidayat, S.Pd., M.T
Pengawas Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar